Senin, 15 September 2014

Resep Pisang Plenet yang Nyaris Punah

Makanan khas Semarang memang banyak macamnya, sebut saja lumpia semarang yang kondang itu, mochi, atau bandeng. Eits, tapi jangan salah ada satu lagi jajanan khas kota ini yang nyaris dilupakan orang, yaitu pisang plenet. Seperti apa ya kira-kira jajanan bernama unik ini?

Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa sih jajanan ini dinamakan pisang plenet? Ya, selain memang terbuat dari pisang penambahan kata 'plenet' ini sebenarnya bukan tanpa maksud. Plenet sendiri merupakan sebutan orang Semarang yang artinya memencet alias memipihkan. Tak heran karena ditilik dari cara pembuatannya si pisang memang dipencet-pencet hingga nyaris gepeng atau pipih.

Jajanan ini dulu dijual di gerobak-gerobak dorong dan mangkal di sepanjang jalan Gajah Mada Semarang pada sore hari. Biasanya sang penjual memakai pisang kepok yang sudah matang sehingga mudah untuk dipencet-pencet dan rasanyapun manis. Pertama-tama pisang dibakar diatas arang dengan bara api kecil. Setelah pisang layu dan sedikit gosong kehitaman barulah diangkat dan ditaruh di atas wadah, kemudian ditekan-tekan dengan papan kecil hingga nyaris pipih.

Setelah pisang pipih barulah si penjual mengolesi seluruh permukaannya dengan margarin. Untuk isinya bisanya ditawarkan tiga pilihan yaitu cokelat meisjes, gula bubuk, atau selai nenas buatan sendiri. Setelah dioles barulah ditangkup dengan sepotong pisang pipih lagi sehingga mirip setangkup roti tawar.

Di Semarang sendiri kini jajanan ini sudah tak banyak lagi dijumpai meskipun beberapa diantaranya masih bertahan. Seperti gerobak Pisang Plenet Pak Tuko yang mangkal di pasar Semawis dan pusat jajanan toko Sri Ratu. Pak Tuko yang berjualan pisang plenet sejak tahun 1960 ini tetap bertahan dengan pelanggan yang terus menyusut. Sementara kualitas tetap dipertahankan seperti pisang kepok yang masak pohon agar rasanya tetap legit. 


Sumber: Resep Aneka Jajan Pasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar